Jumat, 25 Juni 2010

LEBIH DAN KURANG

 Konon ada sebuah cerita tentang nikmat dan kejamnya dunia.
 Seorang bilyuner, yang sudah terkenal seantero bumi, merasa resah dan mengatakan, huh.. aku kesal, aku merasa masih belum terlalu kaya, dan sangat ingin menguasai bumi ini beserta isinya bahkan jagad raya bila perlu, aku bosan sudah berkali - kali mengelilingi seluruh pelosok bumi ini bahkan terpencil sekalipun telah kutapakki, bahkan beberapa planet diluar sana saja sudah pernah kujelajahi.

Lalu dijawablah oleh similyader, wah anda yang sudah berkali - kali keliling dunia dan angkasa saja, masih bosan dan ingin mencoba hal baru lainnya, apalagi saya yang belum pernah keluar angkasa, tapi saya tidak begitu ngebet sih..

Lalu dijawab lagi oleh orang kaya yang tidak terlalu kaya tapi cukup dikenal dibeberapa negara, aplagi saya, yang hanya pernah mengunjungi beberapa negara saja, bahkan sama sekali belum pernah mengunjungi planet diluar bumi.

Kemudian, dijawab pula oleh seorang pedagang, wah, wah, wah, anda, anda sekalian memang hebat ya, sudah kaya raya, jalan - jalan keliling bumi, eh, salah keliling dunia dibumi, bahkan keluar angkasa, para kaya raya, tersenyum sinis smbil mengangguk - angguk kan kepalanya, mirip gaya penyanyi hip - hop yang sedang beraksi. Lalu si pedagang melanjutkan bicaranya, saya saja yang tiap hari hanya kekebun beli hasil kebun, lalu kepasar dan pulang kerumah, biasa saja tidak terlalu ingin pergi ketempat - tempat yang lebih jauh lagi.

Tak lupa juga situkang sapu menimpali obrolan mereka, waduh, apalgi saya ya, yang setiap harinya hanya jalan dari rumah menyapu jalanan dijalan raya,bolak - balik sampai bersih dan kinclong.

kemudian sesaat menjawab pula, situkang kebun apalagi saya tiap hari dari rumah kekebun, merumput, memupuk, dan menyiram tanaman kebun saya, setelah itu ya, pulang dan tidur, gak kepikiran mau kemana - mana.

lalu menjawab pula seorang suku pedalaman yang sangat primitif, weii, apalagi saya, setiap hari hanya berburu, dan mengambil kebaikan alam yang telah disediakan oleh penguasa alam. Maklum sibapak tidak menganut agama, kecuali kepercayaan atas pengusa alam.

dan tidak kalah pula terakhir, sisemut yang berbicara, kalian harusnya para manusia  masih bisa bersyukur menikmati apa yang telah Tuhan berikan kepada kalian, saya aja yang tiap harinya cuma mengambil sisa makanan, mengambil gula jika ada yang terbuka, belum lagi kadang terinjak kaki, sepatu, sandal, ban motor, ban mobil, bahkan kalo sedang sial disemprot sama manusia pakai pembasmi serangga, untuk memusnahkan kami sekumpulan semut, bahkan tidak kalah serunya kadang sedang mencari makan kami disapu, disiksa, dan dibinasakan dengan keji. Kenapa, bisa begitu, tentu jawabannya klise, sebab kami semut adalah binatang.

Lantas, adakah perbuatan manusia yang melebihi kekejian dari memperlakukan hewan yang terkadang diimplementasikan kepada para manusia yang lemah, apakah memang hukum binatang "siapa yang kuat dia yang bertahan, dan siapa yang lemah dia yang tersingkirkan". sangat cocok dianut oleh jiwa manusia.

Hal yang menjadikan manusia tenggelam dalam keterpurukan diantaranya adalah, keserakahan, menghadirkan hasrat yang bervariasi dan bermutasi hingga menjadi keji, hingga mengabaikan hak dan jiwa manusia lain dimuka bumi ini, keserakahan tidak selamanya bertopeng sangar, keserakahan juga dapat bertopeng sangat manis, hinga kemanisannya dapat tampak mulia, namun jauh tersembunyi api keserakahan itu sangatlah membara, membara hingga menghalalkan segala cara dengan mengatasnamakan kepentingan mulia, dunia fana.

jiwa yang selektif, hati - hati dalam menilai sesuatu, semakin banyak dan semaki giat menganalisa, maka semakin kita dapat menghindari sesautu yang menjerumuskan diri.